MONOLOG
WANITA versus
Ibarat SRIKANDI versus DASAMUKA
By Herlina “LINA LEENOX’S” Syarifudin
(CAHAYA PERLAHAN MENYOROT SESOSOK PEREMPUAN YANG SEDANG MENARI DENGAN POSISI TUBUH MEMBELAKANGI PENONTON. TARIAN DILAKUKAN DI DALAM AREA CAHAYA BERUKURAN KURANG LEBIH 1 X 1 M. GARIS BATAS CAHAYA MEMBENTUK SALAH SATU KEPULAUAN DI INDONESIA. GARIS BATAS CAHAYA BERUBAH SETIAP DETIK / MENIT YANG DIINGINKAN, MEMBENTUK KEPULAUAN YANG LAIN DI
Ibu kita Kartini, putri sejati……
Putri
Mendengar kata sintal, lentik, cantik, indah, sensual, gemulai, lembut, ….. pasti yang terbayang di benak adalah…Hap! (BERPANTOMIM MEMBANGUN TUBUH MEMBENTUK SOSOK PEREMPUAN) Ya ! P-E-R-E-M-P-U-A-N atau W-A-N-I-T-A. Tapi itu cuma fisik. Seperti halnya fisik kepulauan
Itu tadi adalah
Suatu kali, si Upik bertanya pada ibu gurunya.
UPIK : Bu Guru, kata mamaku,
BU GURU : Pertanyaanmu cerdas sekali, Upik. Menurut ibu, bisa benar, bisa juga tidak.
UPIK : Kata mamaku lagi, ada pula bedanya. Ibu guru tahu tidak apa bedanya? Hayoo..
BU GURU : Aduh, ibu mengalah saja deh. Nyerah. Apa bedanya Upik?
UPIK : Kata mamaku, sebagai perempuan, kita tidak boleh mudah menyerah. Nanti benteng kita akan mudah terserang musuh.
BU GURU : Lho, bukankah saat ini benteng kita sudah banyak diselundupi musuh-musuh terselubung?
UPIK : Iya juga sih bu. Tapi tidak ada salahnya jika kita tetap waspada. Agar tidak makin terlena oleh bujukan musuh kita.
BU GURU : Iya deh sayang. Ibu kalah, eh salah. Ibu berpihak pada Upik. Biar benteng kita makin kuat. Kembali lagi ke masalah perbedaan tadi, ibu benar-benar tidak tahu. Bolehlah Upik memberitahu pada ibu.
UPIK : (BERPIKIR SEJENAK) Ok deh. Untuk kali ini, Upik baik hati pada ibu.
BU GURU : Lho, lho..jadi baik hatinya cuma untuk hari ini saja nih? Besok-besok kita musuhan nih?
UPIK : (SENYUM) Just kidding. Bercanda la yauu…bu. Begitu saja sewot. Hihihi…
BU GURU : Ibu juga bercanda, sayang. Ibu malah bangga punya murid secerdas kau. Mungkin, jika kau lulus nanti, ibu akan sedih karena berpisah denganmu. Tapi ibu akan terus berdoa untukmu agar kelak nasibmu tidak seperti ibu.
UPIK : Maksud ibu?
BU GURU : Tidak sekarang Upik. Suatu saat kau akan temukan jawabannya. Mendingan sekarang kau jelaskan pada ibu, apa beda
UPIK : (MANYUN) Iya deh. Walau aku masih penasaran,
Pernyataan sekaligus pertanyaan si Upik menggugah nurani Bu Guru untuk meledakkan jeritan hatinya selama ini. Dengan sedikit menahan emosi, Bu Guru menjawab dengan sok bijak. Dia bernyanyi dengan agak sesak nafas menahan tangis.
Terpujilah wahai engkau, ibu bapak guru….
Namamu akan selalu hidup…. (DIAM SESAAT)
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa…
Usai menyanyi, nafas ibu guru terasa ngos-ngosan. Diteguknya segelas air putih yang sedari pagi bertengger di atas mejanya. Keringat mengucur dari sela-sela kulit kepalanya. Matanya menerawang jauh sekali. Sepertinya lagu itu benar-benar telah menguras energi otak dan hatinya. Entah, apakah dia memendam trauma yang cukup mendalam di balik lagu itu. Atau bisa jadi, lagu itu kini telah menjadi bumerang baginya. Ekspresi kebingungan terpancar dari raut tanpa dosa si Upik. Saat mulut Upik hendak meluncurkan pertanyaan, Ibu Guru menyelak.
BU GURU : Sebentar Upik. Ibu belum selesai. Tahukah kamu, kalau pada masa perjuangan dulu, para pahlawan berjuag tanpa berpikir honor. Bahkan mereka rela mati demi Negara. Tapi sekarang, ‘para pahlawan kesiangan’ itu, berjuang hanya pada saat proposal disetujui oleh badan funding. Wadah duit Raja diraja SBY bertitah tentang pendidikan gratis. Lantas, ibu mau kasih makan anak-anak ibu darimana?
UPIK : (NADA POLOS) Ibu sekeluarga bareng-bareng saja makan di rumah Upik. Masakan mama Upik, enak lho bu.
Mendengar jawaban si Upik, bu guru tak kuasa menahan air matanya yang sedari tadi bergelayut di dalam bola matanya. Pandangan sedih bu guru terpancar jelas menembus wajah Upik.
BU GURU :Andai kau besar nanti, Upik…semoga menjadi sosok perempuan yang tidak mudah terjerumus sebagai korban kemunafikan sisi lain dari
UPIK : Bu..bu…mengapa menangis?
BU GURU : (TERKEJUT) Oh, eh,..tidak. Siapa yang menangis? Mata ibu cuma sedikit kelilipan kok.
UPIK : Tuh
LAMPU PADAM
S E L E S A I
Rawasari, 1 Juni 2008